PENTATEUKH (TAURAT) DITULIS MUSA ?
Oleh Dr Ahmad Ismail Fernandez.
(penulis adalah Mantan Biarawan dari societas verbi Divini)
Setidak tidaknya sejak permulaan tarikh Masehi, Musa dianggap sebagai penyusun kumpulan yang besar ini.Namun tradisi yang paling tua tidak pernah membenarkan bahwa Musa adalah penyusun seluruh Pentateukh. Apabila didalam pentateukh sendiri tidak terdapat kalimat ; ‘Musa menulis’ maka ungkapan ini setidak tidaknya memberikan informqasi kepada kita bahwa musa tidak pernah menulis kitab.
Penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab ini, menampilkan perbedaan perbedaan yang sangat signifikan, terutama
Pengulangan dan kekacauan dalam ceritera yang menjadi penghalang buat kita untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya di tulis oleh seorang pengarang saja.
Sudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad sembilan belas, khususnya dibawa pengaruh karya karya Graft dan Wellhausen
mencetuskan teori begini ; Pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlainan usia dan lingkungan asalnya. Akan tetapi semua dokumen itu berasal dari zaman sesudah Musa.
Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yaitu Yahwista ( J ), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe,
yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut nama Allah dengan nama umum yaitu Elohim. Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis pada abad ke sembilan di Yehuda, sedangkan elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya diIsrael.
Sesudah musnahnya kerajaan Utara kedua dokumen itu dilebur jadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED).
Seusai pembuangan, kitab Hukum Para Imam (P), yang berisi peraturan peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan sebelumnya dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).
Teori dokumen yang klasik ini, yang juga di hubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham paham keagamaan bangsa
Dewasa ini pun seluruh teori tersebut diatas ditolak oleh sebagian ahli alkitab.
Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan perubahan yang cukup penting.
Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian bagian pentateukh manakah yang termasuk kedalam kedalam masing masing dokumen. Terutama dimasa sekarang ini para ahli alkitab sependapat, bahwa penyelidikan dari bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya pentateukh.
Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan study tentang tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului penggubahan sumber sumber pentateukh.
Masing masing dokumen, bahkan yang paling mudapun (P), memuat unsur unsur yang sangat tua.
Kesusasteraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkeologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan kebudayaan dan bangsa bangsa yang bertetangga dengan Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang undang atau peraturan paraturan yang terdapat dalam pentateukh sangat serupa dengan undang undang atau peraturan peraturan diluar kitab suci atau lebih tua usianya daripada yang ditetapkan buat ‘dokumen dokumen’ tadi.
Selain itu beberapa ceritera dalam kitab suci ini mengandaikan lingkungan lain dan lebih tua daripada lingkungan tempat dokumen dokumen itu disusun.
Macam macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara ditempat tempat suci atau turun temurun diceriterakan oleh ahli ahli ceritera dikalangan rakyat. Tradisi tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan kumpulan yang lebih besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan kalangan tertentu atau seorang tokoh yang berperan penting.
Penggubahan penggubahan itu bukan tahap akhir. Kumpulan tradisi tradisi ini disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan kembali satu sama lain menjadi pentateukh yang ada sekarang ini. Sumber sumber tertulis dari Pentateukh merupakan tahap tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran aliran tradisi yang lebih tua seolah olah tersimpul didalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.
Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman halaman pertama kitab Kejadian : dua kisah mengenai penciptaan ;1 ;1- 2 : 4a dan 2:4b – 3 :24 : ada dua silsilah kain – keni – kenan, 4 : 17 dan seterusnya dan 5 : 12-17 : gabungan dua kisah tentang air bah, 6 - 8. dalam riwayat bapa bangsa, perjanjian abrahan diceriterakan sebanyak dua kali.
Kejadian 15 dan 17 : dua kali Hagar di usir ; 16 dan 21 : ada tiga ceritera tentang nasib malang isteri seorang bapa bangsa di negeri asing, 12 : 10 – 20 ; 20; 26; 1-11; gabungan dua ceritera tentang Yusuf dan saudara saudaranya, yang terdapat dalam bab bab terakhir kitab kejadian. Terdapat pula dua kisahtentang panggilan Musa, Keluaran 3; 1- 4 : 17 dan 6 ; 2 – 7;7, dua muzizat air Meriba, Keluaran 17 ; 1—7 dan Bilangan 20 ; 1—13 ; dua teks dekalog, keluaran 20 ; 1– 17 dan ulangan 5 : 6—21 ; empat penanggalan liturgis, keluaran 23 ; 14 – 19 ; 34 ; 18 –23 ; Imamat 23 ; Ulangan 16 ; 1 – 16 dapat dikemukakan banyak contoh lagi . berdasarkan kesamaan bahasa,
Dari permasalahan diatas ini kalau kita telusuri lebih jauh dan mendalam, kita akan mendapatkan empat aliran tradisi. Adpun empat aliran tradisi yang dimaksud adalah sebagai berikut : Tradisi Yahwista . Tradisi Yahwista disebut demikian karena mulaipenciptaan menggunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe, mempunyai gaya bahasa yang hidup dan warna warni ; melalui bahasa penu gambar dan berkat bakat
berceritera yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan pertanyaan serius yang timbul dalam hati setiap manusia ; ungkapan ungkapanmanusiawi yang dipakainya dalam rceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bemutu tinggi.
Sebagai pengantar kedalam sejarah leluhur
beda dengan yang lazim dalam Yahwista : kepada tradisi itu diberi tanda Y 1 (Yahwista yang permanen) atau L (sebab berasal dari kalangan umat awam) atau N (sebab berasal dari suku suku badui).
Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan namun sukar menentukan, apakah disini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yangdiambil alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan corak aslinya.
Tradisi elohista. Ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik,lagi pula dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera cerutera asal mulanya dunia ; dimulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda daripada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku suku utara. Beberapa ahli Alkitab tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah.
Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyaduran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. Tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri ciri khas pada
Maka suatu hal penting yang perlu diperhatikan, kendati corak corak yang membeda bedakannya, namun ceritera ceritera Yahwista dan Elohista pada hakikatnya megisahkan sejarah yang sama. Kedua tradisi ini mempunyai titik pangkal yang sama. Suku suku
Tradisi Yahwista maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum ; yang paling berarti ialah kitab hukum perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal,sebaliknya, hukum hukum merupakan suatu urat nadi tradisi Para Imam. Hukum hukum itu khususnya mengenai bait suci, korban korban dan hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya.
Tetapi disamping bagian bagian yang berisikan hokum atau yang mengenai lembaga lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga ceritera. Ceritera ceritera itu khusunya menjadi terperinci manakala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi para Imam kepada hukum dan ibadat Tradisi Para Imam.
Tradisi ini menggemari angka- angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan
Didalamnya dibedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit di tentukan, apabila tradisi ini pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis.
Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di yerusalem itu memungut bahannya dari tradisi tradisi yang sudah adalalu mengubah dan menerbitkan pentateukh seperti yang ada sekarang.
Dalam kitab kejadian garis garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, elohista dan para Imam agaknya mudah untuk ditelusuri. Sehabis kitab kejadian tradisi para imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitabkeluaran, seluruh kitab immamat dan bagian bagian besar kitab bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi elohista.
Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam Bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersbut diganti dengan tradisi lain yakni tradisi Ulangan (D). Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, dimana sering berulang ungkapan ungkapan yang sama ; dapat dikenal juga melalui ajaran yang
terus menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih
Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para Nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudahterdengar dalam beberapa bagian dari kitab suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan memuat adat istiadat kerajaan utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan
Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh di ubah secara perlahan-lahan. Tetapi sukar untuk menetukan waktunya tiap tiap tahap dari perubahan tersebut dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabung di Yehuda. Mungkin dimasa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Amsal 25 : 1, dizaman itu karya karya sastra kuno dikumpulkan.
Hubungan antara Pentateukh dengan kitab kitab Alkitab menjadi penyebab timbulnya pertentangan. Sudah lama ahli kitab suci berbicara tentang ‘Heksateukh’, yaitutentang sebuah kitab yang berjilid enam, mencakup kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim Hakim. Mereka menemukan didalamnya lanjutan ketiga sumberPentateukh, yakni J,E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji janji tersebut, ialah perebutan Tanah terjanji.
Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya, pengarang pengarang kitab suci ini baru berbicara mengenai ‘tetrateukh’, yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan.Menurut mereka, kitab Ulangan awalnya dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa pra raja (karena kitab sejarah itu diistilahkan sebagai kitab sejarah Ulangan)
Kemudian kitab ulangan itu dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan didalam satu karya — yaitu pentateukh — segala sesuatu yang menyangkut diri musa serta ajarannya. Pendapat kedua inilah yang dalam terbitan kitab suci dituruti dalam kata pengantar bagi masing masing kitab sejarah dan diandalkan dalam beberapa catatan, walaupun disana sini pendapat itu di ubah.
Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidakpastian yang sama menyangkut sejumblah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan
Sudah dikatakan diatas, bahwa tradisi tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sangat boleh dikatakan tentang bagian bagian pentateukh yang berisikan hukum.Bagian bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya,tetapi asal usul hukum itu tercampur dengan asal usul bangsa itu sendiri.
Tradisi tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa
Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat dengan pasti menetukan sebagian dari pentateukh sebagai karya Musa sendiri, sebab dialah yang menjadi tokoh utama bagi seluruh kitab itu. Oleh karena itu tidak berlebihan gereja mengatakan tradisi Yahudi sebagai kitab Taurat Musa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar